jurnalpos.id – Penuh semangat dan antusiasme, tiga pengurus harian Pengurus Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PC PERGUNU) Kabupaten Trenggalek mengikuti kegiatan Pendidikan Kader Guru Nahdlatul Ulama (PKGNU) se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum, Gresik, Jawa Timur, mulai 17–19 Mei 2025.
Ketiga peserta dari Trenggalek tersebut adalah Yasin, S.Ag., M.Pd.I (Ketua PC PERGUNU Trenggalek), Rudi Agus Salim, S.Pd.I, dan Muanam, S.Pd.I. Mereka bergabung bersama ratusan kader guru NU dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk mengikuti proses pengkaderan yang bertujuan membangun militansi ideologis, memperkuat kapasitas kepemimpinan, serta menyatukan langkah perjuangan pendidikan berbasis nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.
Meski harus menempuh perjalanan jauh dari Trenggalek ke Gresik, semangat mereka tidak surut. Setiap sesi kegiatan diikuti dengan penuh dedikasi dan kesungguhan, mencerminkan semangat belajar dan berkhidmat yang kuat.
Ketua PC PERGUNU Trenggalek, Yasin, menyampaikan bahwa keikutsertaan pengurus dalam PKGNU merupakan langkah strategis untuk memperkuat fondasi organisasi di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
“Kami datang ke Gresik membawa semangat untuk belajar dan berkhidmat. Ini bukan sekadar pelatihan, tetapi langkah memperkuat jati diri kami sebagai guru NU,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa perjuangan guru NU saat ini tidak cukup hanya bermodal semangat, tetapi harus dibarengi dengan penguatan ideologi, kemampuan digital, dan kecakapan sosial.
“PKGNU ini menjadi ruang pembelajaran dan penguatan nilai-nilai ke-NU-an, sekaligus refleksi untuk merancang masa depan gerakan guru NU yang adaptif dan progresif,” tegasnya.
Dalam konteks kekinian, guru NU diharapkan tidak hanya menjadi pengajar di ruang kelas, tetapi juga penjaga nilai, pelestari tradisi, dan agen perubahan sosial. Oleh karena itu, karakter dan wawasan ke-NU-an menjadi fondasi penting yang terus diperbarui dan dikuatkan.
“Guru adalah ujung tombak perubahan. Melalui kaderisasi ini, kami ingin membentuk pendidik yang militan, berakhlak, dan siap menjaga marwah NU di dunia pendidikan,” jelas Yasin.
PC PERGUNU Trenggalek memandang gerakan guru NU harus berpijak pada prinsip al-muhafadhotu ‘ala al-qodimi as-sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Prinsip ini menjadi roh dalam setiap proses kaderisasi dan pengembangan organisasi.
Selain itu, digitalisasi dan perkembangan teknologi menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru-guru NU. PC PERGUNU Trenggalek berkomitmen untuk terus mendorong kadernya agar melek teknologi, memanfaatkan media digital untuk dakwah edukatif, dan membangun komunitas belajar yang berbasis nilai-nilai Aswaja.
Dengan mengikuti PKGNU, para pengurus diharapkan menjadi pionir perubahan yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri ke-NU-an. Mereka akan menjadi lokomotif gerakan intelektual, spiritual, dan sosial di Trenggalek, serta menghidupkan kembali semangat pendidikan pesantren dalam ruang kelas formal.
“Semoga semangat ini menular kepada seluruh guru NU di Trenggalek. Kami ingin PERGUNU bukan hanya organisasi profesi, tetapi menjadi gerakan kultural yang mengakar di masyarakat dan menjawab kebutuhan zaman,” pungkas Yasin.
Kegiatan PKGNU ini menghadirkan berbagai narasumber berkompeten dari kalangan akademisi, ulama NU, dan praktisi pendidikan, dengan materi yang mencakup pemahaman ke-NU-an, Islam Nusantara, kepemimpinan kader, manajemen organisasi, serta tantangan pendidikan di era digitalisasi.